Ini adalah cerita dari salah seorang sahabat yang awalnya tidak terlalu tertarik dengan metode Menulis Impian, tapi kemudian sebuah peristiwa merubah segalanya.
Berikut ceritanya :
Awal November 2023, saya duduk termenung sambil menatap kalender. Baru saja saya menerima email dari universitas anak saya: uang masuk kuliah sebesar 100 juta harus dibayar paling lambat Februari 2024. Saya bergeming. Saat itu, jujur saja, kondisi keuangan sedang tidak baik, dan jangankan 100 juta, uang 10 juta saja rasanya sulit saya kumpulkan.
Tetapi, di tengah kebingungan itu, saya teringat dengan satu metode yang pernah diajarkan oleh seorang sahabat. Metode itu mengharuskan saya mulai menuliskan impian. Katanya, dengan menulis dan yakin, alam semesta akan membantu mewujudkannya. Sejujurnya, saya bukan orang yang percaya dengan hal-hal seperti ini, tapi di saat seperti itu, rasanya nggak ada salahnya mencoba.
Jadi, disuatu pagi, saya mulai menulis impian saya di buku harian. Setiap kata yang saya tulis terasa seperti janji kepada diri sendiri. Di dalam hati, saya mencoba meyakinkan diri, “Pasti bisa, pasti ada jalannya.”
Hari demi hari, saya lanjutkan kegiatan saya seperti biasa. Saya tetap berusaha mencara cara untuk mendapatkan 100 juta. Awalnya rasanya aneh, karena uang 100 juta itu terasa seperti angka yang jauh. Tapi semakin lama, semakin terasa mungkin. Ada semacam ketenangan yang datang. Saya mulai membayangkan uang itu benar-benar ada di rekening saya, dan saya bisa membayarkannya tepat waktu. Di satu sisi, saya merasa konyol, tapi di sisi lain, menulis impian ini memberi saya harapan.
Hari berganti minggu, dan saya tetap konsisten bekerja seperti biasa. Setiap pagi, saya membuka buku harian dan membacanya dengan harapan yang sama, sambil mencoba meyakinkan diri bahwa semesta pasti mendengar. Saat itu saya belum tahu dari mana uang itu akan datang, tapi di dalam hati, saya mulai percaya bahwa pasti ada jalan.
Kemudian, memasuki bulan Desember, sekitar dua bulan sebelum tenggat waktu pembayaran, saya mendapatkan kabar mengejutkan. Saya mendapatkan hadiah Tahun Baru dari salah satu klien yang bahkan sudah saya lupakan! Hadiah itu bernilai 10.000 dolar Singapura—kalau dirupiahkan, kira-kira 110 juta rupiah. Begitu saya membaca jumlahnya, saya tertegun, hampir nggak percaya. Jumlahnya lebih dari cukup untuk membayar uang kuliah anak saya. Ini benar-benar seperti keajaiban!
Dari pengalaman ini, saya sadar bahwa menuliskan impian lebih dari sekadar merangkai kata. Ada kekuatan luar biasa di dalamnya. Saat kita menuliskan impian, kita nggak hanya sekadar menaruh harapan, tapi juga memperkuat niat dalam pikiran dan perasaan kita. Pikiran bawah sadar kita mulai bekerja, mencari cara untuk mewujudkan impian itu.
Menuliskan impian ini juga membuat saya terbuka terhadap peluang-peluang yang mungkin sebelumnya nggak terpikirkan. Setiap kali saya menulis, saya jadi lebih positif, merasa yakin, dan akhirnya semua energi positif itu benar-benar terwujud dalam bentuk hadiah yang tak terduga.
Kesimpulan
Kisah ini bukan hanya tentang uang 100 juta, tapi tentang bagaimana sebuah impian, saat dituliskan dengan sungguh-sungguh, bisa mengubah cara kita melihat hidup. Siapa yang menyangka, dari kebiasaan menulis yang sederhana, bisa datang hadiah sebesar ini? Jika kalian punya impian, tuliskanlah. Mungkin terdengar sederhana, tapi bisa jadi, impian kalian juga akan menjadi nyata.